Untuk Lelaki Kedua ku
Kadang ketika mersa lelah bermimpi tentang diriku sendiri…
Atau ketika aku malah melangkah menjauhi mimpi-mimpiku
Aku beralih membuat mimpi tentangmu…
Prolog mimpiku selalu saja tentang kebersamaan masa lalu…
Yang jelas tak akan terulang lagi…
Dulu sekali rasanya
Saat kita berdua duduk dibawah pohon mangga…
Kau menggenggam stick coklat yang sudah basah ujungnya karena kau emut
Dan aku juga mengenggam sebungkus kacang kulit atau kadang ciki berhadiah duit
Saat itu kita berdua sama-sama menunggu dua orang
Dan untuk mengusir kebosanan kita memanggil setiap orang yang lewat dengan nama orang yang kita tunggu
kalau laki-laki kita panggil “bapak” kalau perempuan “ibu”
Kalau orangnya menengok kearah kita, kita hanya nyengir karena malu
Begitu terus sampai ada bis berhenti dan ibu kita keluar dari dalamnya
Atau motor yang melaju dari ujung jalan menampakkan wajah bapak kita
Atau kau ingat saat mati lampu?
Apa dirumah kita sekarang masih sering mati lampu?
saat itu kita pasti akan senang
Karena bebas dari ritual bernama “belajar”
Lalu kita akan menggelar tikar dihalaman
Mengambil bantal dan berbaring bersebelahan
Kadang ibu ikut duduk di tepian
Lalu kita pasti akan menyanyi
Dan lagu wajibnya adalah “bintang kejora”,
Ku pandang langit penuh bintang bertaburan… bla…bla.. bla…
selalu bintang kejora sambil menatap langit yang kadang penuh bintang atau kadang malah suram
"mbak lagi panen bintangnya.." serumu girang saat ribuan bintang menduduki langit
Lalu lagu “Indonesia tanah air beta….” Dan nati di bagian
“tempat belindung di hari tua…” kita akan menukik-nukikan suara merusak aransement musik yang seharusnya..
Setelahnya disambung lagu-lagu pop pada jamanya…
Ada Sheila on 7, Dewa, Padi dan sebagainya
atau lagu-lagu tentang ibu sambil sesekali kita melirik malu ke arah ibu
Itu hanya kenangan manisnya saja…
Jangan salah kenangan pahit diantara kita pun masih ada dalam ingatan..
Kau ingat perkelahian terparah kita?
Kita bergulat di kolong meja ruang tamu rumah mbah
Dan setelahnya kaos ku robek karena keganasanmu..
Begitu pula bajumu…
Jangan harap aku bisa lupa
saat kau membuatku menangis waktu mau berangkat sekolah
aku sudah hampir telat di pelajaran olah raga
Saat itu aku masih kelas empat SD dan terlambat sekolah adalah hal yang bisa membuatku panik luar biasa
tapi apa yang kau lakukan?
Saat sedang terburu-buru memakai sepatu didepan pintu
Dari arah belakang kau ayunkan pedang kayumu kepunggungku
Bugh… sakitnya…
Atau saat kau mengejekku saat surat cinta pertamaku dtemukan ibu?
Huuughh aku benar-benar dendam padamu karena sudah membuatku malu.
Atau saat kita saling pelit-pelitan saat punya makanan? Berebut oleh-oleh ibu’ saat pulang dari kondangan? Menjilati bumbu siomay langsung dari piringnya (yang satu ini harus diluar sepengetahuan bapak, atau kita kena marah), saling menunjukkan makanan yang sudah terkunyah didalam mulut untuk saling jiji’-jiji’an, saling meledek kalau satu dari kita dimarahi ibu, saling menggoda diwaktu sholat lima waktu... ah.. semua benar-benar sudah jadi masa lalu
Sekarang aku hanya bisa mendengar kisah-kisah tentangmu…
Menyimpan bangga sekaligus iri mendengar hafalan Qur’anmu yang semakin banyak
Menyimpan kagum sekaligus heran membaca status di fbmu…
Saat remaja-remaja seusiamu menuliskan tentang “someone-nya” atau kata-kata picisan tentang cinta yang kadang membuatku geli saat membacanya
Kau malah menuliskan tentang darah, perjuangan, jihad, palestina, Israel….Heh?
Ah lelaki keduaku setelah Bapak
Sekarang hampir sudah tidak ada waktu yang kita habiskan bersama, ya?
Apa kau juga menyimpan selaksa rindu untukku?
No comments:
Post a Comment