Sejak setahun yang lalu aku punya gawean baru. Jadi relawan euy. Jadi setahun yang lalu seluruh isi dunia pasti tahu kalau ada bencana dahsyat di negeri ini yaitu Merapi eruption. Waktu kejadian suasana Jogja bener-bener mencekam. Hujan abunya aja sampai ke jawa tengah bagian barat. Hampir setiap malam ada suara gemuruh dari dalam tanah. Dan Jogja juga jadi sepi banget karena sebagian orang khususnya pendatang ngungsi ke luar kota. Apalagi isu-isu di TV yang bikin tambah panik. Pokoknya lumayan memicu adrenalin dah nekat bertahan di jogja waktu itu.
Jogja bagian utara (tempat dimana si Merapi berada) masuk kabupaten Sleman. Dan Sleman itu bisa di bilang gudangnya mahasiswa. Karena hampir sebagian besar universitas gedhe ada di sini. Sebut aja UGM, UNY, UII, SaDhar, AMIKOM, UPN, belum lagi kampus2 kecil yang juga nggak sedikit. Karena banyak mahasiswanya otomatis banyak pendatang. Dan para pendatang itu nggak punya alasan untuk tetap bertahan di Jogja. Selain khawatir akan hal-hal yang bisa membahayakan jiwa raga ortu di kampung halaman juga pasti udah heboh akan keslamatan anaknya. Jadilah berbondong-bondong mahasiswa tersebut meninggalkan Jogja. Dan jogja semakin sepi.
Di sisi lain banyak orang-orang dari luar Jogja dari berbagai elemen malah datang ke Jogja untuk menjadi relawan. Mulai dari dokter, mahasiswa, dinsos, stasiun TV, Tim Sar, organ2 sosial, pokonya banyak deh. Dari sana aku mulai mikir mereka aja yang nggak ada hubunganya sama jogja mau susah payah membahayakan diri dateng ke sini. masak aku yang numpang hidup di sini malah kabur sih. Dan entah bagaimana ceritanya aku menobatkan diri jadi bagian dari mereka...
aksi pertamaku adalah di balai desa Umbulharjo. Aku punya banyak kenalan aktivis kampus yang udah mulai jadi relawan semenjak penduduk bagian paling atas (sekitar daerah kinah rejo) mengungsi. Waktu itu belum terjadi letusan besar tapi lumayan croded juga barak pengungsianya. Disana aku mangkal di posko yang dibuat teman-teman kampus. Namanya posko mahasiswa terpadu. Waktu kegiatanya nemenin adek-adek SD main, mulai dari nggambar sampai main apapun yang bisa dimainin. Bantuan berupa mainan udah lumayan banyak juga sih jadi nggak perlu susah cari mainan buat mereka. Pokoknya yang ku ingat waktu itu cuma main. (Jadi relawan apaan ya?)
aksi keduaku adalah di dapur umum. Ternyata letusan tak terduga terjadi. Hingga pengungsi harus turun dan terus turun gungung sampe ke kabupaten lain. Jumlah pengungsinya sampai puluhan ribu. Bahkan daerah2 yang biasanya jadi tempat ngungsi sekarang penduduknya malah diungsikan. Keadaan otomatis tambah mencekam. Semua orang harus waspada termasuk aku. Setiap pergi kemanapun semua barang penting harus dibawa. Takunya sewaktu-waktu harus ikut ngungsi juga. Aku ganti peran sebagai relawan karena yang paling dibutuhkan waktu itu adalah logistik aku menjelma jadi tenaga logistik. Hampir setiap pagi datang ke dapur umum. Dapur umumnya pindah-pindah lagi. Tapi paling sering ke rumah warga sekitar barak pengungsian yang dijadikan dapur umum. Dari mulai bantu masak sampai anter2 makanan.
aksi ketigaku adalah di barak pengungsian stadion maguwoharjo. Ini nih tempat yang menjebak dan menjadikanku relawan sampai detik ini. tapi untuk cerita lengkapnya nanti ya he... he...
No comments:
Post a Comment