Kajian KRPH kali ini di isi oleh ustadzah favorit saya, Ustadzah Nunung... beliau begitu ekspresif saat bertausiyah dan sering membuat audiencenya “ngikik”...
Menjadi ibu rumah tangga bukan pekerjaan remeh menurut beliau, bahkan saking ‘spesial’nya bila dijadikan sebuah bidang study maka ilmu kerumah tanggaan tidak cukup dibuatkan satu fakultas tapi seharusnya satu universitas... (Wooow... nggak lebay kan umi??? *Pertanyaan yang tiba-tiba melintas di sela2 kajian) dan jawabanya adalah (ooo tentu tidak).
Untuk jadi ibu rumah tangga yang “idealis” dan istiqomah memegang idealismenya banyak banyak banyak banyak banyak ilmu yang harus dimiliki seseorang yang ingin ‘layak’ dipanggil ibu: manajemen keuangan, manajemen gizi, kesehatan, parenting, psikologi, desain interior, sanitasi de el el, belum lagi ketrampilan yang harus dimiliki koki, cleaning servis, laundry, babycare, perawat de el el, tambah lagi afektif yang harus dimiliki sabar, disiplin, gigih, de el el (subhanallah... mbayangin aja beribet )
Tapi itu semua bukan dibayangin tapi dipelajari dan dipraktekan. Karena menurut umi nunung kalau sudah dijalani dengan sepenuh hati itu semua bisa jadi pengalaman seru, lucu, mengharukan, dan tak terlupakan... belum lagi balasanya dari sang Rabb...
Setiap yang dikerjakan ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi keluarga khususnya anak-anak makanya nggak boleh sembarangan apa lagi serampangan. Misalnya bersih tidaknya rumah bisa berpengaruh terhadap psikologi anak. Anak-anak yang tinggal di tempat yang sanitasinya kurang baik biasanya akan lebih rewel.
Makanan yang disiapkan juga menentukan karakter anak kelak saat dewasa tidak hanya kesehatanya. Umi menyarankan ibu-ibu jangan termanjakan oleh banyaknya makanan instan yang praktis. Misalnya bubur bayi, sedapat mungkin bubur bayi jangan yang instan tapi dibuat sendiri karena pertama jelas halal dan bebas pengawet dan perasa yang merusak jaringan otak, yang kedua saat bayi penting lho mengenalkan ‘rasa’ pada anak-anak. Anak yang dari bayi sudah biasa tidak pake vetsin dan zat2 tambahan akan lebih peka lidahnya, dan ketika dewasa mereka tidak akan makan sembarangan. Mengatur pola makan sejak dini ternyata juga penting untuk menghindari masalah pencernaan. Umi menggambarkan memang sangat repot harus menggiling beras merah, membuat tim, aneka jus, dan lain-lain tiap harinya... tapi apa sih yang nggak buat generasi Islam masa depan.
Untuk teknik mencuci juga harus profesional. Pake ilmu Fiqh boo..Nggak buang-buang waktu tapi juga harus bersih. Prinsip yang harus diingat tentang hal ini adalah “suci dan mensucikan”. Bahkan Islam sudah punya standar bersihnya ‘sesuatu’ (red. T4, pakaian, dan badan) dari najis: hilang warna, rasa, dan bau. Banyak2 belajar fiqh deh tentang kebersihan tempat, pakaian, dan badan.
Ilmu parenting seorang ibu ternyata harus faseh nggak cuma teoritis tapi juga prakteknya. Mulai dari merawat bayi yang bisa jadi bikin bete buanget kalau kita nggak ikhlas. Sekarang sih (red. Waktu blum punya) kalau liat bayi gemes n seneng banget. Tapi nanti saat hari2 kita tidak bisa lepas dari rengekan mereka yang nggak kenal waktu huuu... masih bisa gemes nggak ya? Jadi ibu kan pekerjaan yang nggak ada cutinya. Belum lagi energi kita yang terserot karena harus menggedong mereka kesana-kesini karena faktanya pake babycar atau kereta bayi sering2 itu nggak bagus. Lebih baik digendong, karena setiap bayi selalu seneng kalau langsung disentuh bundanya... hmmm...
Sebenarnya masih ada banyak perkara yang dibahas tapi berhubung saking ‘terpesonanya’ sama ustadzah jadi nggak kecatet (ngeles mode:on)... semoga catatan kecil ini bisa nambah ilmu deh buat para calon ibu, khususnya yang tadi pagi nggak bisa dateng kajian... Come on para calon ibu, masa depan dunia ada ditangan kita! Fighting!
No comments:
Post a Comment